Negosiasi ala Pipi

“Nanti kalau makannya habis, boleh pinjam hape ibu ya”

Whaat… emak langsung keselek hape. Belajar dari siapa coba anak umur 3 tahun (kejadian setahun lalu) udah bisa ngelobi emaknya. Kami emang lagi batasin jam maen hape dengan menerapkan sistem punish and reward.

Sejak dia sudah bisa diajak ngobrol kami tekankan pada gadis kecil kami kalau tidak semua permintaannya akan kami turuti, bahkan ketika dia menangis dengan gaya melankolis pun kami berusaha untuk komitmen dengan keputusan kami. Jadi dia sadar bahwa tangisannya tidak dapat ia jadikan senjata untuk memuluskan keinginanya.


Ketika palu sudah diketok tidak, maka keputusan sudah bulat, peraturan akan ditaati ketika pemegang kekuasaan tegas memegang komitmen. Anak kecil bisa kok diajak komitmen, percaya deh, mereka itu punya banyak akal untuk meluluhkan pertahanan orang tuanya, maka dari itu musti ada kesepakatan tentang apa yang boleh dan tidak. Dan kedua belah pihak harus faham dan konsisten untuk mentaati peraturan tersebut.

Beberapa saat yang lalu sedang booming sepatu roda, hampir semua temannya memiliknya, lalu si Pipi bagaimana? Tentu saja iapun beberapa kali menyenggol cerita tentang kakak sepupunya yang sudah dibelikan sepatu roda, saat kami hanya memberi kata “oh” dia pun sadar, bahwa kami tak akan membelikannya. Hingga suatu hari sepertinya keinginan memiliknya sangat besar, dia dengan berhati
hati menyampaikan keinginannya. Dia tiba – tiba berkata kepada kami, “Pipi mau tabung tabung” katanya, pas ditanya buat apa dia pun menjawab “Pipi mau beli sepatu loda” Allahu, rasanya pengen segera anter dia ke toko beli sepatu roda. Tapi kami tersenyum dan hanya mengiyakan keinginannya, tak lupa memberikan pelukan hangat sebagai support dan tanda bahwa kami bangga padanya.

Yang membuat kami bahagia adalah dia tidak merengek dan menangis mengiba iba agar permintaannya dituruti, tapi dia memberikan membuat pernyataan yang tidak dapat kami tolak karena ia punya hak atas uang yang dia miliki. Keesokan harinya, dia menolak untuk diajak jajan seperti kebiasaannya, dia hanya bilang “Ga mau jajan, mau tabung tabung”
menabung

Apakah akhirnya dia jadi beli sepatu roda? tidak, karena pada dasarnya kami tidak setuju dia bermain sepatu roda, dia masih terlalu muda untuk memainkannya. Jadi kami mengulur waktu hingga ia berubah pikiran dan meminta benda lain yang ia inginkan.

Setelah beberapa lama, demam sepatu roda mulai memudar dan ia memiliki keinginan baru dia dengan manisnya bemohon “Bu, Pipi beliin Barbie mini” ketika ibu mengingatkan akan keinginan sebelumnya sepatu roda dia pun dengan semangat menjawab

“Ga mau, barbie mini ajah” ibu pun tersenyum penuh kelegaan mendengarnya. Kalau permintaannya masuk akal dan dananya ada, langsung aja meluncur ke toko .

Tidak gampang dan instan memang membuat si Pipi bisa diajak negosiasi. Semua melalui proses jerit tangis tidak hanya si Pipi yang nangis sendiri, tapi kami pernah menangis bersama berpelukan yang diakhiri dengan curhat. Si Pipi menyampaikan keinginannya dan Ibu juga mengatakan harapan pada Si Pipi.

Nah, kalo sudah ada maunya begitu, si Pipi yang biasanya susah makan bisa lahap sekali dan tandas isi piringnya. Lha gimana kalo engga dia ga bisa pinjam hape emaknya.


Tulis ulang dari WP

Comments

  1. hahaha... pipi pintaaar. Memang rasanya ga tega kalau anak sudah pasang wajah memelas ya. Kita sebagai orangtua kudu kuat-kuat iman menahan godaan rayuan anak. hahaha.. Nice ilmunya, ci ^_^

    ReplyDelete
  2. Bener bener harus kuat tega. tapi demi mereka juga kok ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment